Merdekapos.com, Jakarta – Industri kelapa sawit Indonesia kembali menghadapi tantangan di pasar global. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, mengungkapkan bahwa ekspor minyak sawit mentah dan olahan ke Uni Eropa terus menurun sejak tahun 2018.

“Sejak 2018, saat ekspor kita sempat mencapai 5,7 juta ton, tren penurunannya terus berlanjut. Itu sudah termasuk minyak sawit mentah, olahan, minyak inti sawit, biodiesel, dan produk oleokimia,” ujar Eddy dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Pada 2023, ekspor sawit ke Uni Eropa tercatat hanya 4,1 juta ton. Angka itu kembali merosot menjadi 3,3 juta ton pada 2024. Salah satu penyebab utama dari penurunan ini adalah diberlakukannya European Union Deforestation Regulation (EUDR), aturan ketat yang diterapkan Uni Eropa untuk memastikan produk-produk yang masuk ke wilayahnya bebas dari unsur deforestasi.

“Peraturan ini mewajibkan perusahaan membuktikan bahwa produk mereka tidak berasal dari lahan yang mengalami deforestasi atau degradasi hutan. Ini tentu berdampak langsung pada ekspor minyak sawit kita,” jelas Eddy.

Lebih jauh, ia menilai EUDR bukan sekadar aturan biasa. Kebijakan ini membawa serangkaian kewajiban baru seperti uji tuntas (due diligence), ketertelusuran rantai pasok, hingga tantangan kepatuhan yang kompleks bagi para produsen Indonesia.

“Ini harus kita sikapi serius karena bisa mempengaruhi cara kita memproduksi, memproses, bahkan mengekspor sawit ke Eropa,” tambah Eddy.

Meski menghadapi tantangan berat, Indonesia tetap menargetkan ekspor minyak sawit dan turunannya bisa mencapai sekitar 28 juta ton di tahun ini. Eddy mengakui, angka tersebut sudah terbilang baik, mengingat kondisi produktivitas yang belum sepenuhnya pulih.

“Kalau bisa capai 28 juta ton, menurut saya itu sudah bagus di situasi seperti sekarang, di mana meningkatkan produktivitas juga tidak mudah,” ungkapnya.

Di sisi lain, Kepala Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman, menyebutkan bahwa realisasi pungutan ekspor sawit hingga Juni 2025 sudah mencapai Rp12,5 triliun. Ia optimistis target pungutan tahun ini bisa melampaui angka Rp27,5 triliun, apalagi setelah tarif pungutan ekspor untuk CPO naik dari 7,5 persen menjadi 10 persen.

“Dengan tarif baru itu, saya lihat mulai ada tren peningkatan. Mudah-mudahan target di atas Rp27,5 triliun bisa tercapai,” ujar Eddy.

Laporan oleh Dipa

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version