Merdekapos.com, Pekanbaru – Pemerintah Provinsi Riau resmi menetapkan status darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) setelah meningkatnya titik-titik panas dan terjadinya kebakaran di sejumlah wilayah. Langkah ini diambil sebagai upaya antisipatif untuk mencegah bencana kabut asap yang berpotensi mengganggu aktivitas masyarakat, termasuk sektor transportasi dan kesehatan.
Penetapan status darurat ini memungkinkan percepatan mobilisasi sumber daya, termasuk bantuan dari pemerintah pusat. Riau kini menjadi provinsi yang paling bersiaga menghadapi musim kemarau tahun ini, dengan fokus utama pada wilayah-wilayah yang memiliki lahan gambut dan rentan terbakar.
Gubernur Riau dalam pernyataan resminya menyebutkan bahwa satuan tugas gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, serta relawan lokal telah mulai disebar ke beberapa titik rawan. “Kami tidak ingin tragedi kabut asap 2015 terulang kembali. Tahun ini kita harus lebih cepat dan tegas dalam menangani kebakaran,” tegasnya.
Selain penanganan di lapangan, teknologi pemantauan berbasis satelit digunakan untuk mendeteksi dan memantau titik panas secara real-time. Data dari BMKG menunjukkan peningkatan signifikan suhu udara dan kelembaban rendah di beberapa daerah, yang memperbesar potensi kebakaran.
Pemerintah daerah juga meningkatkan patroli udara menggunakan helikopter water bombing serta drone untuk pemetaan lahan terbakar. Dalam satu minggu terakhir, lebih dari 150 hektare lahan dilaporkan terbakar, sebagian besar berada di wilayah pesisir dan dataran rendah.
Yang menjadi sorotan, sejumlah kasus pembukaan lahan dengan cara membakar masih ditemukan. Pemerintah mengingatkan bahwa praktik ini merupakan tindak pidana. Polisi tengah menyelidiki beberapa laporan dari warga terkait aktivitas pembakaran yang disengaja. Ancaman hukuman penjara hingga denda miliaran rupiah menanti pelaku.
Tak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, karhutla juga mengganggu kehidupan satwa liar. Beberapa organisasi lingkungan melaporkan adanya pergerakan fauna dari habitat asli mereka akibat asap dan api, termasuk satwa endemik seperti beruang madu dan burung enggang.
Pemerintah mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif melaporkan titik api atau aktivitas mencurigakan di sekitarnya melalui kanal resmi yang disediakan oleh dinas lingkungan hidup setempat. Edukasi dan sosialisasi ke desa-desa juga terus dilakukan agar kesadaran bersama terhadap bahaya karhutla semakin kuat.
Dengan koordinasi lintas sektor dan dukungan masyarakat, diharapkan Riau dapat melalui musim kemarau tahun ini tanpa bencana besar. Pemerintah berjanji akan terus memantau dan memberikan laporan berkala kepada publik mengenai perkembangan situasi di lapangan.
Laporan oleh Dipa