Merdekapos.com, Jakarta –Nilai tukar rupiah mencatat penguatan pada awal perdagangan Rabu (5/3/2025) di Jakarta, naik 14 poin atau 0,09 persen. Rupiah yang sebelumnya berada di level Rp16.445 per dolar AS kini menguat menjadi Rp16.431 per dolar AS.

Pada perdagangan Selasa (4/3/2025), rupiah juga menunjukkan tren positif dengan kenaikan sebesar 44 poin atau 0,27 persen terhadap dolar AS. Kurs rupiah naik dari Rp16.480 per dolar AS menjadi Rp16.436 per dolar AS.

Saat penutupan perdagangan Selasa, rupiah kembali mencatat kenaikan sebesar 35 poin atau 0,21 persen, mengakhiri sesi di level Rp16.445 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.480 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada hari yang sama turut menguat ke level Rp16.443 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.506 per dolar AS.

Fakta Menarik di Balik Penguatan Rupiah

1. Tren Penguatan di Tengah Ketidakpastian Global
Meski pasar keuangan global masih menghadapi ketidakpastian akibat kebijakan moneter Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik, rupiah justru menunjukkan tren penguatan. Hal ini menunjukkan stabilitas ekonomi Indonesia yang cukup kuat di tengah tekanan eksternal.

2. Dampak pada Harga Emas dan Investasi
Biasanya, ketika rupiah menguat, harga emas dalam negeri cenderung stabil atau turun karena emas dihargai dalam dolar AS. Penguatan rupiah juga bisa berdampak positif bagi investor yang memiliki aset berbasis rupiah.

3. Kinerja Rupiah dalam Sejarah
Sebagai perbandingan, nilai tukar rupiah pernah mencapai titik terlemah sepanjang sejarah pada krisis moneter 1998, ketika sempat menembus Rp16.800 per dolar AS. Sementara itu, dalam satu dekade terakhir, rupiah sempat menguat hingga ke level Rp13.000 per dolar AS pada 2017.

4. Dampak terhadap Harga Barang Impor
Penguatan rupiah biasanya membawa keuntungan bagi konsumen, terutama dalam hal harga barang impor seperti elektronik dan otomotif. Namun, sebaliknya, ekspor Indonesia bisa menghadapi tantangan karena barang Indonesia menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri.

Penguatan rupiah ini mencerminkan sentimen positif di pasar keuangan, didukung oleh faktor-faktor seperti aliran modal asing dan ekspektasi kebijakan ekonomi global. Para analis memperkirakan bahwa stabilitas ekonomi domestik serta kebijakan Bank Indonesia akan memainkan peran kunci dalam menjaga tren positif ini.

Laporan oleh Tiwi

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version