Merdekapos.com, Pekanbaru – Ketua DPD Projo Riau, Sonny Silaban, mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu menyelamatkan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), yang saat ini berada dalam kondisi mengkhawatirkan akibat deforestasi, perambahan ilegal, dan konflik tata guna lahan. Seruan ini ia sampaikan usai menghadiri pertemuan dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau, Senin pagi (7/7/2025).
Dalam keterangan pers di depan kantor DLHK, Sonny menyampaikan bahwa pelestarian Tesso Nilo bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi memerlukan keterlibatan semua pihak terutama dari masyarakat adat hingga generasi muda.
“Kita sedang kehilangan satu-satunya benteng alam tersisa di Riau. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi? Tesso Nilo adalah warisan alam yang harus diselamatkan, bukan diwariskan dalam kondisi rusak,” ujarnya.
Sonny menegaskan bahwa Projo Riau siap terlibat aktif dalam upaya penyelamatan kawasan tersebut melalui edukasi publik, kampanye lingkungan, hingga aksi langsung seperti reboisasi di zona-zona kritis.
“Kami akan hadir bukan sebagai pengkritik, tapi sebagai mitra. Kita ingin memperkuat sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi sosial untuk menyelamatkan paru-paru alam ini,” tambahnya.
Dalam waktu dekat, Projo Riau juga akan menginisiasi kegiatan tanam pohon bersama masyarakat dan pelajar di wilayah penyangga TNTN sebagai bentuk kontribusi konkret terhadap rehabilitasi hutan.
Sonny juga mengingatkan pentingnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal di dalam kawasan taman nasional.
“Tidak boleh ada pembiaran. Aparat harus hadir di lapangan, bukan hanya di meja rapat. Tapi kehadiran kita sebagai masyarakat juga penting, karena penjaga hutan terbaik adalah warga yang sadar akan nilai hutannya,” tegasnya.
Di akhir pernyataannya, Sonny Silaban menyampaikan harapannya agar penyelamatan Tesso Nilo menjadi gerakan kolektif lintas generasi yang berpijak pada cinta terhadap alam dan tanggung jawab terhadap masa depan.
“Kalau hutan kita rusak, maka bukan hanya satwa yang kehilangan rumahnya, tapi kita juga kehilangan jati diri,” pungkasnya.
Laporan oleh Dipa