Merdekapos.com, Jakarta –Kementerian Investasi dan Hilirisasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon yang mencapai 577 giga ton. Deputi Bidang Promosi dan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan, menyatakan bahwa potensi besar ini dapat dimanfaatkan selama 200 tahun ke depan.

Nurul Ichwan menambahkan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan potensi penyimpanan karbon ini untuk menyeimbangkan penggunaan energi batu bara di dalam negeri.

“Indonesia memiliki kapasitas sebesar 577 gigaton, yang dalam 200 tahun ke depan tidak akan terisi penuh oleh karbon,” ujar Ichwan dalam acara Kick Off Meeting World Expo 2025 Osaka yang diselenggarakan di Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Kamis (13/2/2025).

Manfaat Penyimpanan Karbon

Penyimpanan karbon bukan hanya berfungsi untuk mengurangi emisi yang berbahaya bagi lingkungan, tetapi juga menawarkan berbagai manfaat strategis lainnya, antara lain:

1. Mengurangi Dampak Perubahan Iklim: Dengan menangkap dan menyimpan karbon, emisi CO2 yang dilepaskan ke atmosfer dapat dikurangi secara signifikan. Ini akan membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi dalam Perjanjian Paris dan memperlambat laju perubahan iklim global.

2. Mendukung Energi Bersih: Teknologi penyimpanan karbon dapat berfungsi sebagai jembatan dalam transisi menuju energi bersih. Dengan teknologi seperti carbon capture and storage (CCS), Indonesia dapat terus menggunakan energi fosil (seperti batu bara) untuk menghasilkan listrik, namun dengan emisi karbon yang lebih terkendali.

3. Peningkatan Kualitas Udara: Dengan mengurangi karbon dioksida (CO2) dari atmosfer, penyimpanan karbon dapat membantu memperbaiki kualitas udara, yang pada gilirannya meningkatkan kesehatan masyarakat.

Ilustrasi (sumber: superradio.id)

Selain memberikan dampak lingkungan yang positif, potensi penyimpanan karbon ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan perdagangan karbon (carbon exchange). Indonesia berencana menawarkan sekitar 30% dari potensi penyimpanan karbon di dalam negeri kepada pihak asing, sementara 70% sisanya akan ditawarkan kepada investor yang berinvestasi di Indonesia. Ini dapat menarik minat investor global dan membuka pasar baru untuk karbon.

Dengan pengembangan sektor penyimpanan karbon, Indonesia berpotensi menciptakan ribuan pekerjaan baru, terutama di daerah-daerah yang menjadi pusat penyimpanan karbon.

Infrastruktur baru yang dibangun untuk mendukung carbon capture hubs akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan di berbagai sektor, termasuk konstruksi, transportasi, dan teknologi bersih. Selain itu, dengan pengembangan ini, Indonesia dapat memperkuat posisi ekonominya di sektor energi hijau yang semakin diminati global.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah mengadakan konsultasi dengan Uni Eropa, yang mengakui bahwa carbon capture and storage (CCS) merupakan salah satu upaya penting dalam dekarbonisasi. Kerja sama ini dapat membuka pintu bagi lebih banyak transfer teknologi dan investasi asing di sektor energi bersih Indonesia.

Selain manfaat yang sudah disebutkan, penyimpanan karbon Indonesia juga dapat mendukung ketahanan energi dalam negeri. Dengan menggunakan teknologi CCS, Indonesia bisa menyimpan karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik berbasis fosil. Ini memastikan pasokan listrik yang tetap terjamin meskipun masih bergantung pada sumber energi fosil.

Potensi penyimpanan karbon di Indonesia sangat besar dan tersebar di berbagai wilayah. Berikut adalah rincian lokasi dan kapasitas penyimpanan karbon berdasarkan catatan Ditjen Migas Kementerian ESDM:

  1. North East Java: 100,83 Giga Ton
  2. Tarakan: 91,92 Giga Ton
  3. North Sumatera: 53,34 Giga Ton
  4. Makassar Strait: 50,70 Giga Ton
  5. Central Sumatera: 43,54 Giga Ton
  6. Kutai: 43,00 Giga Ton
  7. Banggai: 40,31 Giga Ton
  8. South Sumatera: 39,69 Giga Ton
  9. Kendeng: 30,64 Giga Ton
  10. West Natuna: 13,15 Giga Ton
  11. Barito: 12,05 Giga Ton
  12. Seram: 11,58 Giga Ton
  13. Pasir: 10,36 Giga Ton
  14. Salawati: 8,75 Giga Ton
  15. West Java: 7,22 Giga Ton
  16. Sunda Asri: 6,52 Giga Ton
  17. Sengkang: 4,31 Giga Ton
  18. Bintuni: 2,13 Giga Ton
  19. North Serayu: 1,55 Giga Ton
  20. Bawean: 1,16 Giga Ton

Indonesia juga sedang mengembangkan inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyimpanan karbon. Proyek piloting CCS di berbagai wilayah, termasuk potensi lokasi seperti Sunda Asri dan Makassar Strait, menunjukkan bahwa teknologi ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Kolaborasi dengan negara maju dan sektor swasta dalam hal riset dan pengembangan dapat mempercepat adopsi teknologi ini di Indonesia.

Dengan potensi penyimpanan karbon yang sangat besar dan berbagai manfaat yang ditawarkannya, Indonesia berada dalam posisi yang baik untuk menjadi pemimpin dalam teknologi dekarbonisasi dan energi bersih di kawasan Asia Tenggara. Pengembangan sektor penyimpanan karbon tidak hanya akan mendukung tujuan keberlanjutan Indonesia, tetapi juga menciptakan peluang bisnis baru, lapangan kerja, dan memperkuat ekonomi domestik serta memperbaiki kualitas lingkungan.

Laporan oleh Sartika

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version