Merdekapos.com, Pekanbaru- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meminta masyarakat Riau tetap tenang meskipun kasus virus Human Metapneumovirus (HMPV) telah ditemukan di Indonesia.

Virus ini diketahui menyerang anak-anak dan menimbulkan gejala yang mirip flu biasa, seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. Namun, masyarakat diimbau untuk tidak panik karena virus ini bukan ancaman baru dan relatif dapat ditangani dengan baik.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa HMPV berbeda dari COVID-19, baik dari sisi karakteristik maupun tingkat keparahannya.

“Berbeda dengan COVID-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” jelas Menkes mengutip dari laman Kemenkes, Rabu (8/1/2025).

HMPV telah dikenal sejak 2001 dan merupakan virus lama yang biasa ditemukan di berbagai negara. Sistem kekebalan tubuh manusia umumnya sudah mengenal virus ini sehingga dapat melawannya secara alami.

Sebaliknya, COVID-19 adalah virus baru yang pertama kali muncul pada 2019 dan memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi serta dampak yang lebih serius.

HMPV pertama kali diidentifikasi di Belanda dan termasuk dalam keluarga Pneumoviridae, yang juga mencakup virus Respiratory Syncytial Virus (RSV).

Virus ini menyebar melalui droplet (cipratan air) dari batuk atau bersin, serta kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Sementara itu, COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dari keluarga Coronaviridae, yang penyebarannya lebih cepat dibandingkan HMPV.

Gejala yang ditimbulkan HMPV umumnya ringan, seperti pilek, sakit tenggorokan, dan batuk. Namun, pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki gangguan imun, gejalanya dapat menjadi lebih berat hingga menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah seperti bronkiolitis atau pneumonia.

Sebaliknya, COVID-19 sering disertai gejala spesifik seperti anosmia (hilang indera penciuman) dan kelelahan ekstrem, serta berpotensi menyebabkan komplikasi yang lebih fatal.

Namun untuk saat ini, belum ada vaksin atau obat khusus untuk menangani HMPV. Penanganan kasus ini lebih difokuskan pada perawatan suportif, seperti memberikan obat penurun demam, menjaga hidrasi tubuh, dan istirahat yang cukup.

Meski demikian, langkah-langkah sederhana seperti mencuci tangan, menggunakan masker, dan menghindari kontak dengan orang sakit tetap menjadi kunci utama dalam pencegahan penyebarannya.

Di sisi lain, penanganan COVID-19 telah jauh berkembang dengan adanya vaksinasi yang efektif mencegah infeksi berat.

Selain itu, beberapa obat antivirus, seperti Paxlovid dan Remdesivir, sudah tersedia untuk menangani pasien COVID-19 dengan gejala berat. Pencegahan juga melibatkan upaya seperti vaksinasi lengkap, penggunaan masker, menjaga jarak fisik, dan menghindari kerumunan.

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada, tetapi tidak perlu khawatir berlebihan. Menjaga pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara rutin, dan cukup istirahat, dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit, termasuk HMPV dan COVID-19.

Selain itu, penting untuk terus memantau informasi resmi dari Kemenkes atau pihak berwenang agar tidak mudah termakan berita hoaks yang justru dapat memicu kepanikan.

Dengan langkah pencegahan yang tepat dan kerjasama masyarakat, penyebaran HMPV maupun COVID-19 dapat diminimalkan, sehingga kesehatan dan keamanan bersama tetap terjaga.

Laporan oleh dipa

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version