Merdekapos.com, Pekanbaru – Cuaca panas ekstrem tengah melanda sejumlah wilayah di Provinsi Riau. Dalam beberapa hari terakhir, suhu udara tercatat mencapai 35 derajat Celcius dengan langit tampak cerah tanpa banyak awan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru menyebut kondisi ini dipicu oleh penguatan Angin Muson Australia yang membawa udara kering dari selatan, sehingga pembentukan awan menjadi minim dan udara terasa semakin terik.
Forecaster On Duty BMKG Pekanbaru, Mari Frystine, mengatakan suhu udara maksimum di Riau selama tiga hari terakhir masih berada pada kisaran 31 °C hingga 35 °C. Kondisi tersebut tergolong normal untuk periode peralihan menuju musim hujan, namun dapat meningkatkan risiko kebakaran lahan.
“Panas terik ini disebabkan oleh minimnya tutupan awan, sehingga sinar matahari langsung menyinari permukaan bumi tanpa banyak hambatan. Posisi matahari saat siang hari juga hampir tegak lurus di atas kepala, membuat suhu mencapai titik maksimum,” jelas Mari, Selasa (28/10/2025) dikutip dari Riaupos.co
Ia menjelaskan, Angin Muson Australia adalah angin musiman yang bertiup dari Australia menuju Asia Tenggara pada periode April hingga Oktober. Angin ini membawa udara kering dan hangat yang menyebabkan musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Riau.
“Udara kering ini menghambat pembentukan awan, sehingga potensi hujan menurun untuk beberapa hari ke depan,” tambahnya.
Fenomena ini membuat udara di Riau terasa menyengat dan meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Data BMKG mencatat, puncak musim kemarau di Riau terjadi pada awal Juli 2025, dengan sedikitnya 142 kejadian karhutla dan luas area terbakar mencapai 1.768 hektare.
Sebagai langkah pencegahan, pemerintah melalui BMKG dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) atau penyemaian awan untuk menurunkan hujan buatan, terutama di kawasan lahan gambut yang rawan terbakar.
“Operasi modifikasi cuaca dilakukan agar hujan turun di lahan-lahan yang kering. Ini menjadi strategi penting untuk menekan potensi karhutla di Riau,” terang BMKG dalam keterangan resminya, Senin (13/10/2025).
Hasil pemantauan BMKG Pekanbaru menunjukkan sebagian wilayah Riau masih berpotensi mengalami hujan dengan intensitas 20–50 mm per hari, terutama di Indragiri Hulu, Pelalawan, Siak, Kepulauan Meranti, Kota Dumai, dan Rokan Hilir.
Sementara hujan lebat dengan intensitas 50–100 mm per hari diperkirakan terjadi di Pelalawan.
“Sebagian besar wilayah Riau masih berpotensi diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Beberapa daerah sudah memasuki musim hujan dan kondisi atmosfer mendukung pembentukan awan hujan,” ujar Mari.
BMKG memperkirakan hujan ringan hingga lebat akan terjadi di Rokan Hulu, Rokan Hilir, Dumai, Kampar, Pekanbaru, Bengkalis, dan Kuantan Singingi pada 2 November 2025.
Sementara itu, Siak, Kepulauan Meranti, dan Pelalawan akan diguyur hujan mulai 31 Oktober hingga 2 November 2025, dan Indragiri Hulu serta Indragiri Hilir pada 30–31 Oktober 2025.
Secara umum, suhu udara di Riau selama sepekan ke depan diprediksi berkisar antara 23 °C hingga 35 °C dengan kelembaban 50–95 persen.
BMKG Pekanbaru mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi karhutla dan menjaga kondisi lingkungan sekitar agar tetap lembab.
“Jagalah lahan agar tetap lembab dengan cara menyiramnya secara berkala supaya tidak berdebu dan mengurangi risiko kebakaran,” imbau Mari.
Selain itu, masyarakat juga disarankan melindungi diri dari paparan sinar matahari langsung.
“Gunakan payung, jaket, dan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan, serta perbanyak minum air agar tubuh tetap terhidrasi,” tutupnya.
Laporan oleh Dipa

