Merdekapos.com, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) intensif mengembangkan mekanisme perdagangan karbon di Indonesia sebagai bagian dari upaya meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) nasional.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Eniya Listiani Dewi, mengusulkan harga karbon maksimum sebesar US$ 5 per ton CO2. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan EBT di Indonesia.
“Dengan harga karbon mencapai 5 dolar per ton CO2, kami optimis penyerapan EBT akan meningkat,” ujar Eniya dalam acara CNBC Indonesia ESG Sustainability Forum 2025, Jumat (31/1/2025). Ia menambahkan, perkembangan sektor EBT harus berlanjut terlepas dari pergantian kepemimpinan nasional.
Pada awal tahun ini, Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) meluncurkan Perdagangan Karbon Internasional pertama di Indonesia, Senin (20/1/2025). Inisiatif ini bertujuan menarik investor internasional untuk berpartisipasi dalam perdagangan karbon di Indonesia, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam pasar karbon global.
Peluncuran ini mendukung upaya pemerintah mencapai Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan mengendalikan emisi gas rumah kaca, sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 21 Tahun 2022. Indonesia berkomitmen mengurangi emisi global dan mencapai net zero emission pada 2060.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan pengaturan dan pengawasan terkait bursa karbon, termasuk perdagangan internasional. “Infrastruktur bursa karbon, termasuk pencatatan dengan teknologi blockchain, akan dilakukan dengan seksama,” ungkap Mahendra dalam Konferensi Pers Perdagangan Karbon Internasional Perdana.
Laporan oleh dipa