Merdekapos.com, Pekanbaru – Pemerintah tak ingin kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terulang seperti tahun-tahun sebelumnya. Lewat kolaborasi Kementerian Kehutanan, BMKG, dan BNPB, langkah pencegahan kini disiapkan lebih awal. Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) akan digelar di Riau mulai akhir tahun ini untuk menjaga kelembapan lahan gambut menjelang musim kemarau.
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menjelaskan, pelaksanaan OMC dini dilakukan berdasarkan hasil analisis BMKG yang menunjukkan bahwa wilayah Riau akan mulai memasuki musim kemarau awal pada Februari 2026. Upaya ini bertujuan menjaga tinggi muka air di lahan gambut agar tidak mengering dan memicu kebakaran.
“BMKG telah menyampaikan bahwa wilayah Riau diperkirakan mulai memasuki musim kering pada Februari 2026. Karena itu, operasi modifikasi cuaca perlu dilakukan lebih awal, saat curah hujan masih tinggi, agar tinggi muka air di lahan gambut tetap terjaga sebelum kekeringan dan potensi kebakaran terjadi,” ujar Raja Juli di kantor Kemenhut, Jakarta Pusat, Senin (13/10/2025).
Ia menambahkan, Riau memiliki dua kali musim kemarau dalam setahun. Dengan pola iklim tersebut, OMC dini diharapkan dapat menyeimbangkan kondisi tanah gambut yang rawan terbakar meski sebagian wilayah masih diguyur hujan.
“Kalau ini bisa dilakukan secara lebih dini, angka kebakaran bisa terus menurun. Kita percaya pada ilmu pengetahuan, dan ketika dieksekusi dengan baik oleh BNPB dan mitra di lapangan, hasilnya akan signifikan,” tuturnya.
Raja Juli juga menekankan pentingnya koordinasi lintas lembaga dalam pengendalian Karhutla. Selain pendekatan teknologi seperti OMC, sinergi dengan TNI-Polri, BNPB, Manggala Agni, dan masyarakat peduli api tetap menjadi bagian penting dari strategi pencegahan.
“Langkah antisipatif harus didahulukan. Waterbombing dan pemadaman di lapangan penting, tetapi upaya pencegahan sebelum api muncul jauh lebih efektif,” katanya.
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menuturkan, pelaksanaan OMC direncanakan dimulai pada Desember 2025. Selain Riau, sejumlah daerah lain juga diminta bersiaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi basah.
“Kami mengimbau agar seluruh pihak mulai bersiap menghadapi potensi bencana hidrometeorologi basah, terutama pada November hingga awal tahun depan. Wilayah seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur berpotensi mengalami banjir bandang yang kerap menimbulkan korban jiwa,” jelas Dwikorita.
Langkah antisipatif ini menjadi bagian dari strategi nasional pemerintah untuk menjaga keseimbangan ekosistem gambut dan meminimalkan risiko Karhutla menjelang musim kemarau 2026.
Laporan oleh Dipa