Merdekapos.com, Kongo –Setidaknya 700 orang tewas dan 2.800 terluka dalam pertempuran sengit di Goma, kota terbesar di bagian timur Republik Demokratik Kongo, sejak Minggu lalu. Menurut juru bicara PBB, Stéphane Dujarric, pemberontak M23 yang didukung Rwanda telah menguasai ibu kota provinsi Kivu Utara, dikutip dari BBC News, sabtu, (1/02/2025)
Pemberontak kini dilaporkan bergerak ke selatan menuju Bukavu, ibu kota Kivu Selatan. Konflik di wilayah timur DR Kongo ini sudah berlangsung sejak 1990-an tetapi meningkat drastis dalam beberapa minggu terakhir. M23, yang terdiri dari etnis Tutsi, menyatakan berjuang untuk hak-hak minoritas, sementara pemerintah DR Kongo menuduh pemberontak yang didukung Rwanda itu berupaya menguasai kekayaan mineral di wilayah timur.
Pada Jumat, Dujarric menyebutkan angka korban berasal dari penilaian Organisasi Kesehatan Dunia bersama pemerintah DR Kongo antara Minggu dan Kamis. Juru bicara PBB juga memperingatkan bahwa jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat.
Untuk menghentikan kemajuan M23, militer DR Kongo telah membentuk garis pertahanan di jalan antara Goma dan Bukavu. Ratusan relawan sipil telah dikerahkan untuk membela Bukavu. Seorang pemuda mengatakan kepada AFP, “Saya siap mati untuk negara saya.”
Jean-Jacques Purusi Sadiki, gubernur Kivu Selatan, mengatakan kepada Reuters bahwa tentara pemerintah dan sekutunya berhasil menahan pemberontak, meski klaim ini belum diverifikasi secara independen.
Awal pekan ini, M23 bersumpah melanjutkan ofensif hingga mencapai ibu kota Kinshasa, sekitar 2.600 km ke barat. Menteri Luar Negeri DR Kongo, Thérèse Kayikwamba Wagner, menuduh Rwanda menduduki negaranya secara ilegal dan berusaha menggulingkan pemerintahan.
Juru bicara pemerintah Rwanda, Yolande Makolo, membantah tuduhan itu, menyatakan bahwa pasukan negara tersebut hanya dikerahkan untuk mencegah konflik meluas ke wilayahnya. “Kami tidak tertarik pada perang, aneksasi, atau pergantian rezim,” ujarnya kepada BBC.
Tahun lalu, para ahli PBB memperkirakan Rwanda memiliki 3.000 hingga 4.000 pasukan yang beroperasi bersama M23 di timur DR Kongo. Pada Jumat, blok regional Komunitas Pembangunan Afrika Selatan (Sadc) menyatakan dukungannya untuk DR Kongo dalam pertemuan krisis di Zimbabwe.
Dalam pernyataan tersebut, kelompok yang beranggotakan 16 negara ini menegaskan solidaritas dan komitmen untuk terus mendukung DRK dalam menjaga kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas teritorialnya. Sadc telah mengirim pasukan penjaga perdamaian, terutama dari Afrika Selatan, ke DR Kongo untuk melawan kelompok bersenjata seperti M23 dan memulihkan perdamaian di wilayah kaya mineral tersebut.
Enam belas tentara dari negara-negara Afrika Selatan tewas dalam bentrokan dengan M23 di sekitar Goma dalam minggu terakhir. Pertempuran ini juga memperburuk krisis kemanusiaan di timur DR Kongo.
Shelley Thakral dari Program Pangan Dunia PBB mengatakan bahwa warga kota kehabisan makanan, air bersih, dan pasokan medis. “Rantai pasokan benar-benar terhenti saat ini jika Anda mempertimbangkan akses darat dan udara yang tertutup,” ujarnya kepada AFP.
Sejak awal 2025, lebih dari 400.000 orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka, menurut badan pengungsi PBB. DR Kongo adalah negara terbesar kedua di Afrika—sekitar dua pertiga ukuran Eropa Barat—dan berbatasan dengan sembilan negara.
Konflik sebelumnya di negara itu selama 1990-an melibatkan beberapa negara tetangga dan dijuluki Perang Dunia Afrika.
Laporan oleh dipa