Merdekapos.com, Jakarta –Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan bahwa proses penerimaan calon siswa Sekolah Rakyat tidak melalui tes akademik, melainkan berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Hal ini bertujuan agar akses pendidikan benar-benar diberikan kepada anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
“Tidak ada tes akademik. Pendekatannya adalah memberikan akses kepada keluarga yang kurang mampu atau miskin ekstrem,” ujar Gus Ipul, dikutip dari Kompas.com, Senin (30/6/2025), dalam program Obrolan Newsroom.
Menurut Gus Ipul, dua kriteria utama calon siswa Sekolah Rakyat adalah mereka yang tergolong dalam Desil 1 (10 persen termiskin dalam DTSEN) dan Desil 2 (11–20 persen termiskin). Untuk memastikan akurasi data, tim dari Kemensos akan melakukan survei langsung ke rumah calon siswa.
Kemensos juga bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), pemerintah daerah, serta kementerian dan lembaga terkait dalam proses penyaringan ini.
Para siswa Sekolah Rakyat akan tinggal di asrama, demi menjamin lingkungan belajar yang baik dan berkualitas. Oleh karena itu, izin orang tua menjadi syarat utama dalam pendaftaran.
“Meskipun sesuai arahan Presiden, kapan pun orang tuanya rindu, harus diberi akses untuk menengok anaknya,” jelas Gus Ipul.
Gus Ipul mengungkapkan bahwa pembangunan 100 titik Sekolah Rakyat tahap pertama sudah selesai. Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan 100 titik kedua, bekerja sama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan pemerintah daerah.
“Targetnya total ada 200 titik yang bisa menampung lebih dari 20.000 siswa. Kita sedang bekerja siang malam agar paling tidak, tanggal 14 nanti pembelajarannya bisa dimulai,” kata Gus Ipul.
Sekolah Rakyat dirancang untuk menjadi solusi pemerataan pendidikan, khususnya bagi anak-anak dari kelompok masyarakat paling miskin. Pendekatan berbasis data, sistem asrama, dan dukungan lintas kementerian menjadikan program ini sebagai langkah konkret memutus rantai kemiskinan lewat pendidikan yang inklusif dan terjangkau.
Laporan oleh Dipa