Merdekapos.com, Jakarta –Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta sedang mempersiapkan langkah besar untuk memperluas layanan kesehatan hewan di ibu kota. Targetnya, pada tahun 2026 akan berdiri 10 pusat kesehatan hewan (puskeswan) di berbagai wilayah, termasuk Kepulauan Seribu.
“Kita harus menyiapkan sarana dan prasarana terlebih dahulu. Salah satunya dengan menambah jumlah puskeswan di Jakarta,” ujar Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta, Hasudungan Sidabalok, Jumat (13/06/2025).
Langkah ini bukan sekadar soal menambah fasilitas. Lebih dari itu, program ini menjadi bentuk kepedulian pemerintah terhadap pemilik hewan peliharaan dari kalangan ekonomi lemah. Hasudungan menuturkan bahwa banyak warga yang mengaku kesulitan membayar biaya pengobatan atau steril hewan mereka.
“Ketika sidak ke lapangan, saya bertemu warga yang harus membayar biaya steril cukup mahal. Dari sana, kami berpikir, andai layanan ini bisa disubsidi, pasti sangat membantu mereka,” ujarnya.
Saat ini, Jakarta baru memiliki dua puskeswan aktif yaitu di Ragunan, Jakarta Selatan dan Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Rencananya, pada 2026 akan ditambah delapan lagi, termasuk satu unit di Kepulauan Seribu.
“Kami targetkan masing-masing wilayah kota punya satu puskeswan, agar akses lebih merata,” jelasnya.
Dinas KPKP juga tengah menyusun kajian kebutuhan, penentuan lokasi strategis, dan pengajuan anggaran untuk pembangunan unit-unit baru tersebut.
Hasudungan menegaskan bahwa ini bukan bentuk dari BPJS khusus hewan seperti yang sempat ramai diperbincangkan. “Kita tidak membuat BPJS untuk hewan. Tapi kita akan berikan subsidi bagi pemilik hewan yang benar-benar membutuhkan bantuan. Jadi tetap ada bantuan pemerintah, tapi bukan dalam bentuk jaminan sosial nasional,” tegasnya.
Yang tak kalah menarik, rencana penambahan puskeswan ini juga bisa menjadi pintu masuk untuk edukasi publik soal pentingnya kesehatan hewan, baik hewan peliharaan maupun hewan ternak. Di masa depan, puskeswan bisa dijadikan pusat informasi bagi masyarakat tentang vaksinasi, pencegahan penyakit zoonosis, serta perlakuan yang layak terhadap hewan.
“Ke depan, bukan cuma tempat berobat, tapi juga tempat masyarakat belajar tentang cara merawat hewan dengan benar,” kata Hasudungan.
Jakarta adalah kota dengan populasi tinggi dan gaya hidup urban yang kompleks. Hewan peliharaan, mulai dari kucing dan anjing hingga hewan eksotis, kini menjadi bagian dari banyak rumah tangga. Di sisi lain, masih ada ketimpangan akses terhadap layanan medis hewan. Program ini diharapkan menjembatani kesenjangan itu.
Selain itu, kesehatan hewan juga punya dampak langsung terhadap kesehatan manusia. Penyakit yang menular dari hewan ke manusia (zoonosis) bisa dicegah dengan penanganan medis yang cepat dan merata. Jadi, pembangunan puskeswan juga termasuk dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat secara luas.
Penambahan puskeswan di Jakarta bukan hanya soal perluasan layanan kesehatan hewan, tapi juga membuka peluang untuk membentuk program yang lebih inklusif dan berpihak pada kesejahteraan hewan, termasuk hewan-hewan liar dan terlantar.
Hasudungan Sidabalok, Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta, bisa menjadikan puskeswan sebagai titik awal dari sebuah program adopsi dan rehabilitasi yang dikelola secara terstruktur. Jakarta sebagai kota besar tentu tidak lepas dari realitas banyaknya hewan peliharaan yang dibuang, atau hewan liar yang hidup di jalanan tanpa perlindungan.
Hasudungan Sidabalok, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, berpeluang menjadikan puskeswan sebagai titik awal program adopsi dan rehabilitasi hewan yang lebih terstruktur dan terintegrasi. Sebagai kota metropolitan, Jakarta tak bisa lepas dari realitas banyaknya hewan peliharaan yang dibuang maupun hewan liar yang hidup tanpa perlindungan di jalanan.
Dengan dukungan fasilitas puskeswan yang tersebar di berbagai wilayah, hewan-hewan terlantar bisa:
- Mendapat perawatan dan rehabilitasi secara layak,
- Disteril sebagai langkah pengendalian populasi,
- Ditawarkan untuk adopsi resmi dan terverifikasi, sehingga warga yang ingin mengadopsi bisa lebih mudah dan aman,
- Dipasangi microchip untuk memudahkan identifikasi dan pelacakan pasca-adopsi.
Ini bukan hal baru di kota besar dunia. Banyak kota seperti Seoul, London, hingga Singapura telah mengintegrasikan klinik hewan publik dengan sistem adopsi dan pelaporan hewan liar. Bila diterapkan di Jakarta, program ini bisa mengurangi jumlah hewan liar sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat soal adopsi yang bertanggung jawab.
Selain itu, program ini berpotensi melibatkan berbagai komunitas pecinta hewan, relawan, hingga lembaga pendidikan sebagai mitra aktif. Bahkan, inisiatif ini bisa dijadikan ajang edukasi di sekolah-sekolah atau komunitas lokal untuk menanamkan nilai bahwa merawat hewan bukan hanya soal kemampuan finansial, tapi juga soal empati, kepedulian, dan rasa tanggung jawab.
Manfaat lainnya dari pengembangan layanan kesehatan hewan ini antara lain:
- Membantu menekan potensi penyebaran penyakit dari hewan liar ke manusia.
- Mengurangi risiko konflik antara manusia dan hewan, terutama di wilayah padat penduduk.
- Mendorong tumbuhnya budaya adopsi alih-alih membeli hewan, yang lebih etis dan mendukung kesejahteraan satwa.
Jika dijalankan dengan serius, program ini bisa jadi gerakan sosial yang kuat di Jakarta bukan cuma menolong hewan, tapi juga memperkuat citra ibu kota sebagai kota yang peduli pada makhluk hidup lain.
Laporan oleh Dipa