Merdekapos.com, Jakarta –Ramadhan bukan hanya dirayakan di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia oleh umat Islam dari berbagai latar belakang budaya dan geografis.
Meskipun memiliki tujuan yang sama, yaitu menahan diri dari makan, minum, dan perbuatan yang membatalkan puasa dari fajar hingga matahari terbenam, durasi puasa di setiap negara berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh letak geografis dan perbedaan panjang siang dan malam di berbagai belahan dunia.
Perbedaan Durasi Puasa di Berbagai Negara
Lamanya waktu berpuasa tergantung pada posisi matahari, sehingga negara-negara yang lebih dekat dengan garis khatulistiwa memiliki durasi puasa yang lebih stabil, berkisar antara 11 hingga 13 jam. Sementara itu, di negara-negara yang lebih dekat dengan kutub, durasi puasanya bisa jauh lebih lama, bahkan lebih dari 20 jam.
Negara dengan Durasi Puasa Terpendek (11-13 Jam):
- Argentina – 11 jam
- Chile – 11 jam 30 menit
- Afrika Selatan – 11 jam 45 menit
- Brazil (Bagian Selatan) – 12 jam
- Indonesia – 12-13 jam (tergantung lokasi)
Negara dengan Durasi Puasa Sedang (14-17 Jam):
- Arab Saudi – 14-15 jam
- India – 14-15 jam
- Turki – 15-16 jam
- Inggris – 16-17 jam
- Amerika Serikat (Bagian Utara) – 16-17 jam
Negara dengan Durasi Puasa Terlama (18-21 Jam):
- Islandia – 20-21 jam
- Norwegia – 19-20 jam
- Swedia – 18-19 jam
- Finlandia – 18-19 jam
- Kanada (Bagian Utara) – 18-19 jam
Di negara-negara dengan durasi puasa ekstrem, seperti Islandia dan Norwegia, di mana matahari hampir tidak terbenam, umat Muslim biasanya mengikuti waktu berpuasa di Makkah atau menggunakan metode puasa negara terdekat dengan waktu yang lebih normal.
Kegiatan dan Tradisi Ramadhan di Berbagai Negara
Selain perbedaan durasi puasa, setiap negara juga memiliki tradisi unik dalam menyambut dan menjalani bulan suci Ramadhan. Berikut beberapa di antaranya:
Indonesia
- Berbuka puasa bersama dengan hidangan khas seperti kolak, es buah, dan gorengan.
- Tradisi membangunkan sahur dengan kentongan atau kelompok ronda sahur.
- Malam takbiran dengan pawai obor sebelum Idul Fitri.
Arab Saudi
- Banyak keluarga menyajikan kurma dan air zamzam sebagai menu buka puasa utama.
- I’tikaf di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi menjadi puncak ibadah Ramadhan.
- Tradisi berbagi makanan dalam jumlah besar kepada jamaah di masjid.
Turki
- Parade sahur dengan pemain drum yang membangunkan warga.
- Hidangan berbuka khas seperti pide (roti datar) dan baklava.
- Kebiasaan mengunjungi keluarga dan berbagi makanan selama bulan Ramadhan.
Mesir
- Lampion Ramadhan (fanoos) yang menghiasi jalan-jalan kota.
- Tradisi “Mesaraty,” di mana seseorang berkeliling membangunkan orang-orang untuk sahur.
- Acara berbuka puasa massal di jalan-jalan utama kota Kairo.
Pakistan dan India
- Bazar Ramadhan yang ramai dengan hidangan seperti samosa, pakora, dan kebab.
- Kebiasaan saling mengundang keluarga dan teman untuk berbuka bersama.
- Salat Tarawih di masjid-masjid besar dengan pembacaan Al-Qur’an secara khatam.
Eropa dan Amerika Serikat
- Komunitas Muslim mengadakan iftar bersama di masjid atau pusat komunitas Islam.
- Tradisi “Open Iftar” di Inggris, di mana umat Islam mengundang non-Muslim untuk berbuka bersama.
- Salat Tarawih tetap dilakukan meskipun jumlah Muslim lebih sedikit dibanding negara mayoritas Islam.
Meskipun umat Islam di berbagai negara menjalani Ramadhan dengan durasi puasa yang berbeda, semangat dan esensi bulan suci ini tetap sama di seluruh dunia.
Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang meningkatkan ketakwaan, mempererat silaturahmi, serta memperbanyak amal kebaikan.
Perbedaan durasi puasa dan tradisi di berbagai negara justru memperkaya keberagaman dalam menjalankan ibadah ini. Semoga Ramadhan 2025 menjadi momen penuh berkah bagi seluruh umat Muslim di dunia.
Laporan oleh dipa