Merdekapos.com, Jakarta – Di tengah tren hidup sehat dan gaya hidup mindful yang digandrungi generasi Z, sebuah ironi mencuat bahwa banyak dari mereka justru enggan makan sayur. Padahal, generasi ini dikenal sebagai kelompok yang sadar lingkungan, peduli kesehatan, dan aktif menyuarakan gaya hidup berkelanjutan.
Namun faktanya, sayur masih kalah pamor dibanding makanan instan, keju lumer, atau ayam krispi di mata Gen Z.
Salah satu penyebab utama enggannya Gen Z mengonsumsi sayur adalah tampilan visual yang dianggap kurang menarik. Sayur rebus atau tumis sering kali dinilai “tidak aesthetic” untuk diunggah di media sosial, terutama Instagram dan TikTok, platform favorit anak muda.
“Kalau makanannya nggak enak dilihat, malas banget difoto atau dishare. Sayur itu kelihatan kayak rumput,” ujar Kezia (21), seorang mahasiswi di Jakarta.
Tak hanya soal tampilan, rasa sayur juga sering dianggap hambar atau pahit. Banyak Gen Z lebih memilih makanan yang kaya MSG, pedas ekstrem, atau penuh saus keju dibandingkan sayuran hijau seperti brokoli atau bayam.
Sebagian dari mereka juga menyimpan pengalaman buruk soal sayur di masa kecil. Dipaksa makan sayur tanpa penjelasan atau tidak diberi variasi menu membuat mereka merasa “sayur itu hukuman”, bukan bagian dari pola makan nikmat.
“Dulu tiap makan sayur harus dipaksa. Sekarang udah gede, ya ogah makan sayur lagi,” kata Dito, pelajar SMA di Depok.
Banyak mitos yang turut menyebar di kalangan anak muda, mulai dari anggapan bahwa sayur tidak bikin kenyang, cepat membuat lapar, hingga hanya cocok untuk orang yang sedang diet. Narasi ini makin kuat lewat media sosial yang kadang tidak memverifikasi informasi kesehatan secara ilmiah.
Menurut Fitri Anindya, ahli gizi dari Yayasan Gizi untuk Negeri, cara mengenalkan sayur ke Gen Z harus diubah total.
“Gen Z ini visual dan ekspresif. Kita bisa masuk lewat makanan yang Instagramable, seperti smoothie bowl, salad warna-warni, atau chips dari kale dan bayam,” jelas Fitri.
Ia juga menyarankan agar kampanye gizi menyesuaikan bahasa Gen Z yang berarti bukan sekadar “makan sayur biar sehat”, tapi lebih ke arah manfaat instan seperti glowing skin, stamina lebih kuat, atau mood yang lebih stabil.
Mengaitkan konsumsi sayur dengan gaya hidup keren bisa jadi kunci. Banyak Gen Z tertarik pada topik seperti skincare, mental health, dan produktivitas. Tentu semua itu berkaitan erat dengan nutrisi yang baik, termasuk dari sayuran.
Makanan berbasis sayuran kini juga sudah merambah tren kuliner kekinian, mulai dari vegan burger, salad wrap, hingga mie shirataki. Para food creator dan influencer kesehatan mulai banyak yang mengedukasi publik lewat konten menyenangkan dan mudah dipraktikkan.
Tips Kecil agar Gen Z Lebih Suka Sayur:
- Visual matters: Plating cantik, warna mencolok, dan penataan seperti bento atau bowl kekinian.
- Storytelling positif: Edukasi melalui konten lucu, relatable, dan penuh manfaat instan.
- Kreasikan rasa: Gunakan bumbu favorit Gen Z seperti pedas manis, keju, sambal matah, hingga cita rasa fusion.
- Libatkan influencer: Konten kreator makanan sehat punya potensi besar dalam mengubah persepsi negatif soal sayur.
Jika generasi muda menjauhi sayur, bisa jadi bukan mereka yang salah, melainkan cara pendekatan kita yang belum mengikuti zaman. Saat sayur diolah dan dikomunikasikan dengan cara yang segar dan sesuai selera Gen Z, bukan tidak mungkin sayur akan jadi the next big trend.
Kalau kamu Gen Z, sudah berani akrab dengan sayur hari ini?
Laporan oleh Dipa